Hubungan antara Kesehatan Mental dan Iman
Sejak pandemi kemarin, edukasi dan literasi soal kesehatan mental menjadi populer di tengah masyarakat terutama generasi muda.
Ini menunjukkan masalah umum yang dihadapi oleh generasi saat ini.
Banyak di luar sana yang bilang kalau kesehatan mental itu nggak ada hubungannya sama keimanan.
Memang benar, bahwa gangguan kesehatan mental itu nggak selalu disebabkan kurangnya keimanan.
Karena ada banyak penyebabnya, seperti ketidakseimbangan neurokimia di otak yang bisa jadi dipengaruhi oleh faktor genetik, psikologis, atau kondisi kesehatan fisik tertentu.
Tentu bukan sikap yang bijak menilai orang yang punya masalah kesehatan mental sebagai kurang beriman, kurang bersyukur atau kurang beribadah.
Namun nggak bisa dipungkiri bahwa orang yang beriman (bertauhid) itu cenderung punya kesehatan mental yang lebih baik.
Kenapa?
Karena orang yang beriman punya cara pandang yang positif terhadap kehidupan dunia, cobaan hidup dan takdir, sebagaimana yang diajarkan dalam agamanya.
Ketika orang yang beriman dihadapkan dengan masalah yang berat, dia akan menyerahkan masalah tersebut kepada Tuhannya — yaitu Allah — dengan keyakinan bahwa Allah akan membersamai dan menolongnya.
Sehingga dia nggak merasa sendirian dalam mengatasi beratnya masalah tersebut.
Adanya ‘tempat berserah dan berpasrah’ itulah yang bisa membuat kondisi mentalnya tetap sehat.
Selain itu, orang yang beriman ketika menghadapi masalah yang berat dalam kehidupan ini, dia punya keyakinan bahwa suatu saat pasti akan ada balasan yang indah kalau dia bersabar.
Keyakinan inilah yang menciptakan rasa optimis dalam dirinya, sehingga dia tidak akan mudah putus asa, depresi atau mengalami masalah kesehatan mental yang serius.
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapati kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.”
(HR. Muslim no. 2999. Shahih)
KESIMPULAN
Kesehatan mental dan iman itu sebenarnya ada keterkaitan, temen-temen..
Tingkat keimanan itu punya pengaruh terhadap kualitas kesehatan mental seseorang.
Allah — yang Maha Mengetahui tentang jiwa manusia — menjadikan sumber kelapangan dan ketentraman batin itu pada keimanan kepada-Nya, mengenal-Nya dengan mengetahui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, mentaati-Nya, berserah diri kepada hukum-Nya, menerima ketetapan takdir-Nya, serta mengimani Kitab-Nya dengan membaca, menadaburi dan mengamalkannya. Dan Dia menjadikan sumber kesempitan dan sakitnya batin itu pada sikap sebaliknya.
Maka boleh jadi bermacam-macam gangguan kesehatan mental yang ada di dunia ini sumber awal penyebabnya adalah rusaknya keimanan.
📝 Namun penting untuk dipahami bahwa perkara ini kompleks, dan Islam sendiri juga tidak menafikan adanya faktor-faktor lain — selain faktor iman — yang bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
⚠️ Maka tidak diperbolehkan men-judge individu yang mengalami gangguan kesehatan mental dengan kurang iman secara mutlak.
REFERENSI
- Edukasi Hubungan Kesehatan Mental dengan Iman Webinar “Low Mental State= Low Faith?”. Diakses dari https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/pkm/article/view/8396
- https://www.halodoc.com/artikel/adakah-hubungan-antara-iman-dan-kesehatan-mental
- https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental
- https://hellosehat.com/mental/penyakit-mental